Mengapa Kucing Membuat Ekspresi "Wajah Bau"? Ini Penjelasan Ilmiahnya

1 week ago 12
Mengapa Kucing Membuat Ekspresi Saat kucing mencium sesuatu, mereka sering menunjukkan ekspresi "wajah bau" dengan mulut sedikit terbuka. (freepik)

KETIKA kucing mencium sesuatu, terkadang mereka menunjukkan ekspresi wajah aneh, seolah terkejut oleh bau yang tidak sedap.

Jadi, mengapa kucing benar-benar membuat ekspresi "wajah bau" yang aneh ini? Ternyata, itu tidak ada hubungannya dengan bau yang tidak enak—sebenarnya, ini adalah cara mereka menganalisis sinyal kimia di lingkungan mereka.

Banyak hewan, termasuk kucing liar dan domestik, melepaskan feromon, sinyal kimia yang digunakan untuk komunikasi antar sesama spesies. Untuk mendeteksi dan menguraikan pesan-pesan tak kasat mata ini, kucing mengandalkan organ sensorik khusus di langit-langit mulut mereka yang disebut organ vomeronasal atau "organ Jacobson."

Organ ini terpisah dari sistem penciuman (hidung) yang mendeteksi bau tetapi tidak bisa menangkap feromon, menurut Alex Taylor, penasihat kesejahteraan dan perilaku kucing di International Cat Care, dalam wawancaranya dengan Live Science.

Saat kucing mendeteksi feromon, mereka memprosesnya dengan cara berbeda dibandingkan dengan bau biasa. Secara naluriah, kucing akan sedikit membuka mulutnya dengan bibir tertarik ke belakang, menunjukkan perilaku yang disebut "respons Flehmen." Ekspresi ini memudahkan molekul feromon mencapai organ vomeronasal, meningkatkan kemampuan kucing untuk menangkap sinyal kimia yang penting.

"Ini mungkin terlihat seperti kucing sedang meringis, tetapi tidak ada aspek emosional dalam perilaku ini—kucing hanya mendeteksi dan memproses feromon," kata Taylor.

Kucing menggunakan feromon untuk menyampaikan berbagai pesan, seperti menandai wilayah tanpa perlu bertarung atau mempererat ikatan antara induk dan anak-anaknya, jelas Taylor. Feromon juga memberikan informasi tentang status seksual, seperti menunjukkan kapan kucing sedang birahi, tambah Mikel Delgado, peneliti senior di Purdue University Veterinary College of Medicine, Indiana.

Feromon disekresikan oleh kelenjar khusus yang terletak di beberapa bagian tubuh kucing, termasuk dagu, pipi, area antara mata dan telinga, tepi bibir, pangkal ekor, sekitar alat kelamin dan anus, di antara telapak kaki, serta di antara puting susu, menurut Taylor.

Ketika kucing menggosokkan wajahnya ke furnitur, mencakar permukaan, menyemprotkan urine, atau buang kotoran, mereka meninggalkan pesan kimia bagi kucing lain, ujar Delgado. Nantinya, kucing lain akan menggunakan organ vomeronasal mereka untuk menganalisis tanda aroma ini dan mengumpulkan informasi tentang kucing lain di sekitarnya.

Selama respons Flehmen, molekul feromon masuk ke dalam mulut kucing dan larut dalam air liur. Kemudian, molekul ini bergerak melalui dua saluran di langit-langit mulut, yang disebut saluran nasopalatina, menuju sepasang kantung berisi cairan yang membentuk organ vomeronasal, jelas Taylor.

Ketika molekul feromon mencapai organ vomeronasal, mereka memicu sinyal saraf yang dikirim ke area tertentu di otak, yaitu amigdala di hipotalamus serta area yang mengontrol perilaku seksual, makan, dan sosial, tambahnya. Dengan cara ini, isyarat kimia yang ditangkap organ vomeronasal secara langsung memengaruhi perilaku kucing.

Berbeda dengan bau, yang maknanya bisa dipelajari dan berubah seiring pengalaman baru, feromon memicu respons naluriah. Kucing tidak perlu "belajar" apa arti feromon—pemahaman itu sudah tertanam dalam biologinya, kata Taylor. Meskipun respons terhadap feromon bersifat otomatis, faktor seperti perkembangan kucing, lingkungan, pengalaman masa lalu, dan kondisi internal seperti kadar hormon dapat memengaruhinya, menurut sebuah tinjauan dalam Journal of Comparative Physiology A.

Organ vomeronasal bukan hanya dimiliki oleh kucing. Berbagai hewan lain, mulai dari hewan pengerat hingga reptil, juga menggunakan sistem penciuman kedua ini untuk mendeteksi feromon.

"Keunggulan organ Jacobson adalah memungkinkan hewan mendeteksi lebih banyak molekul di lingkungan dibandingkan hewan yang tidak memiliki organ tersebut," kata Jonathan Losos, ahli biologi evolusi di Washington University di St. Louis.

"Anjing terkenal dengan indra penciumannya yang tajam, tetapi itu merujuk pada kemampuan mereka dalam jalur hidung," lanjutnya. "Kucing memiliki tiga kali lebih banyak jenis reseptor aroma di organ Jacobson dibandingkan dengan anjing, yang membuat beberapa ahli berpendapat bahwa secara keseluruhan, indra penciuman kucing mungkin sebanding dengan anjing."

Sisa evolusi dari organ vomeronasal juga ditemukan pada manusia, di dalam septum hidung, tetapi tidak ada bukti kuat bahwa versi vestigial ini masih berperan dalam komunikasi kimia saat ini.

Namun bagi kucing, organ vomeronasal adalah alat yang kuat yang memungkinkan mereka menginterpretasikan informasi sosial penting di lingkungan mereka. Seperti yang dikatakan novelis dan penyair Skotlandia, Sir Walter Scott: "Kucing adalah makhluk yang penuh misteri. Ada lebih banyak hal yang terjadi dalam pikiran mereka daripada yang kita sadari." (Live Science/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |