Mencari Kehidupan di Luar Bumi: Dari Lautan Es Europa hingga Mikroba di Perut Manusia

1 week ago 16
 Dari Lautan Es Europa hingga Mikroba di Perut Manusia Para ilmuwan terus mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi, termasuk di Mars serta satelit es seperti Europa dan Enceladus. (ESA)

SAMPAI saat ini Bumi menjadi satu-satunya planet yang mendukung kehidupan, yang tampaknya pertama kali muncul dalam bentuk organisme prokariotik bersel tunggal seperti yang kita kenal saat ini.

Namun, para ilmuwan belum menyerah dalam mencari apa yang mereka sebut sebagai LUCA (Last Universal Common Ancestor), yaitu sel leluhur dari mana semua makhluk hidup yang kita kenal berasal, di luar batas planet kita.

Di Mana Kita Mencari?

Sejak manusia mulai membayangkan keberadaan makhluk di Mars, pemahaman ilmiah telah berkembang pesat. Kendaraan penjelajah terbaru yang menjelajahi permukaan Planet Merah—Perseverance dan Curiosity—telah mengidentifikasi senyawa dan mineral yang menunjukkan bahwa Mars mungkin pernah memiliki kondisi yang layak huni. Namun, sejauh ini, hanya itu yang ditemukan.

Saat ini, Mars hanyalah lanskap gurun berwarna merah, menarik, tetapi mati, dan tentu saja tidak menjadi rumah bagi manusia kecil berwarna hijau seperti dalam imajinasi kita.

Planet-planet lain di tata surya kita bahkan lebih tidak menjanjikan. Merkurius adalah batuan yang terbakar karena terlalu dekat dengan Matahari, atmosfer Venus kering dan beracun, sedangkan planet lainnya terdiri dari gas atau berada terlalu jauh dari Matahari. Oleh karena itu, selain Mars, pencarian kehidupan lebih difokuskan pada satelit, terutama yang mengorbit Jupiter dan Saturnus.

Europa dan Enceladus, masing-masing satelit Jupiter dan Saturnus, diperkirakan memiliki lautan air besar di bawah lapisan es yang tebal, yang mungkin mengandung molekul organik, bahan dasar bagi kehidupan seperti yang kita kenal. Jika ada makhluk di sana, mereka tidak akan terlihat seperti E.T., melainkan lebih menyerupai organisme bersel tunggal sederhana di Bumi.

Jika kita melihat lebih jauh, lebih dari 5.500 planet telah terdeteksi mengorbit bintang lain selain Matahari. Hanya sedikit yang dianggap berpotensi layak huni dan saat ini sedang diteliti. Namun, seperti yang dikatakan Carl Sagan dalam Contact, "Alam semesta ini sangat besar. Jika hanya kita yang ada di dalamnya, betapa sia-sianya ruang itu."

Mencari Kehidupan di Tempat yang Tak Ramah

Sebelum tahun 1960-an, kondisi di satelit yang saat ini dianggap menjanjikan bagi kehidupan akan tampak mustahil bagi para ilmuwan.

Saat itu, diyakini kehidupan hanya dapat muncul dalam kondisi seperti yang kita lihat pada organisme multiseluler: adanya air, suhu ringan antara 0°C hingga 40°C, pH netral, kadar garam rendah, serta sumber energi seperti sinar matahari.

Namun, pada pertengahan abad ke-20, ahli mikrobiologi Thomas D. Brock menemukan bakteri yang hidup di mata air panas Taman Nasional Yellowstone, di mana suhu mencapai lebih dari 70°C. Meski awalnya tidak terkait dengan pencarian kehidupan luar angkasa, penemuan ini memperluas kemungkinan ilmiah dalam eksplorasi tersebut.

Sejak saat itu, organisme yang dikenal sebagai ekstremofil telah ditemukan hidup dalam berbagai kondisi ekstrem di Bumi, mulai dari celah es di kutub yang sangat dingin hingga tekanan tinggi di dasar laut. Bakteri telah ditemukan menempel pada partikel kecil di awan, bertahan di lingkungan dengan kadar garam ekstrem seperti Laut Mati, atau bahkan di lingkungan yang sangat asam seperti Sungai Tinto di Spanyol. Beberapa ekstremofil bahkan mampu bertahan dari tingkat radiasi yang sangat tinggi.

Namun, yang paling mengejutkan adalah ketika kita menemukan mereka di dalam tubuh kita sendiri.

Makhluk Mars di Perutmu

Pada 1980-an, dua dokter Australia, Barry Marshall dan Robin Warren, mulai meneliti tukak lambung (gastric ulcers). Saat itu, kondisi ini dianggap disebabkan oleh stres atau produksi asam lambung yang berlebihan, yang membuat pengobatannya tidak efektif.

Sebagai seorang ahli patologi, Warren menemukan bakteri dalam sampel biopsi lambung pasien dan menyadari bahwa bakteri ini mungkin merupakan penyebab utama penyakit tersebut. Namun, ia menghadapi skeptisisme karena dogma medis saat itu menyatakan bahwa mikroorganisme tidak dapat bertahan di lingkungan lambung yang sangat asam.

Pada 1981, Warren bertemu dengan Barry Marshall, seorang anggota Royal Australasian College of Physicians, dan mengajaknya bekerja sama. Marshall menerima tantangan tersebut dan kemudian berhasil membuktikan bahwa bakteri Helicobacter pylori adalah penyebab utama tukak lambung.

Pada 2005, Barry Marshall dan Robin Warren dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran atas penemuan H. pylori dan perannya dalam penyakit lambung, yang merevolusi bidang gastroenterologi.

H. pylori memiliki berbagai mekanisme luar biasa untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang keras. Ia menggunakan flagella untuk bergerak dalam cairan lambung, menembus lapisan lendir pelindung, dan menempel pada dinding lambung.

Dengan menggunakan enzim urease, H. pylori mengubah urea dalam lambung menjadi amonia dan karbon dioksida (CO2), menciptakan mikroklimat dengan pH lebih tinggi yang memungkinkan mereka berkembang biak. Seiring bertambahnya jumlah mereka, mereka melepaskan racun yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan lambung. Inilah yang akhirnya menyebabkan terbentuknya tukak, ketika jaringan ikat di bawahnya terpapar asam lambung.

Penemuan ini membuktikan bahkan di dalam tubuh kita sendiri, di dinding lambung yang terpapar pH setara dengan cuka, dalam kondisi gelap total, dengan gerakan sistem pencernaan yang ganas, enzim berbahaya, serta gelombang makanan yang terus berputar, kehidupan mampu bertahan dan berkembang.

Studi tentang mikroorganisme ekstremofil memberikan harapan bahwa di tempat lain dalam tata surya kita, atau di salah satu dari 5.500 eksoplanet yang diketahui, kehidupan dapat muncul bahkan dalam kondisi yang ekstrem. Bisa jadi, makhluk Mars yang kita bayangkan saat ini lebih mirip dengan H. pylori daripada makhluk hijau kecil dalam fiksi ilmiah. (Live Science/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |