Konservasi Sumber Daya Air untuk Generasi Mendatang

3 weeks ago 12
Konservasi Sumber Daya Air untuk Generasi Mendatang Pengunjung berendam di kawasan Wisata Geyser Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (20/7/2024).(ANTARA/Henry Purba )

SUMBER daya air menjadi tantangan besar di masa depan, terutama akibat perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan peningkatan kebutuhan manusia. Berbagai upaya konservasi dan manajemen sumber daya air diperlukan untuk memastikan ketersediaannya bagi generasi mendatang. 

Deputi Tata Lingkungan dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan Kementerian Lingkungan Hidup Sigit Reliantoro menyoroti dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air serta degradasi lingkungan yang semakin parah.

“Kita juga melihat ada fenomena perubahan iklim yang membuat intensitas hujan itu berubah secara total. Kemarin waktu kita mengalami banjir di Bekasi dan di Jakarta itu juga terjadi intensitas hujan yang sangat luar biasa. Ada sekitar 115 mm dan itu biasanya 100 itu sudah tanda-tanda ekstrem," kata Sigit dalam acara Forum Air Indonesia, Rabu (26/3). 

Sigit juga mengungkapkan bahwa berkurangnya tutupan vegetasi hutan memperburuk kondisi sumber daya air. Di DAS Kali Bekasi, misalnya, hanya tersisa 3,53 persen tutupan vegetasi hutan. 

Hal ini menyebabkan semakin banyak air hujan yang menjadi limpasan, meningkatkan risiko banjir dan mengurangi infiltrasi ke dalam tanah.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti menekankan pentingnya strategi konservasi air, termasuk meningkatkan tampungan air dan menerapkan sistem irigasi yang lebih efisien.

“Kementerian PU ini berupaya untuk meningkatkan tampungan air melalui konservasi sumber air dan juga revitalisasi tampungan air baik yang kita ada seperti danau, situ, air tanah. Mudah-mudahan ini bisa mendorong untuk penetapan kondisi air di Indonesia lebih baik," jelas dia. 

Diana juga menyoroti peran distribusi penduduk dalam manajemen sumber daya air. Sebaran penduduk yang tidak merata, terutama di Pulau Jawa dan Bali, menyebabkan tekanan besar terhadap sumber daya air di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketimpangan ini.

Pada kesempatan itu, sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Air, Retno Marsudi menegaskan bahwa konservasi air harus menjadi prioritas global. Retno memperkenalkan konsep Triple A—Advocacy, Alignment, dan Acceleration—sebagai strategi utama dalam menghadapi krisis air.

“Advocacy ini tujuannya adalah mendorong para pemimpin dunia untuk meletakkan air di dalam agenda politik prioritas mereka. Tapi yang tidak kalah penting, Advocacy di sini juga, tadi dua pembicara sudah menyampaikan, masyarakat. Masyarakat harus diajak bicara di Advocacy, di Educacy, bagaimana bersikap terhadap air," jelas dia. 

Retno juga menekankan pentingnya percepatan aksi nyata dalam konservasi air. Menurutnya, komitmen saja tidak cukup, aksi konkret harus segera dilakukan.

“Commitments are good, but only action can change the situation. Hanya aksi yang dapat mengubah situasi," jelas Retno. 

Menurutnya, konservasi sumber daya air merupakan isu krusial yang membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas internasional. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |