Kondisi Ekonomi Loyo, Indeks Kepercayaan Industri Ikut Lesu

3 weeks ago 19
Kondisi Ekonomi Loyo, Indeks Kepercayaan Industri Ikut Lesu Buruh dan karyawan mendengarkan pidato dari direksi perusahaan di Pabrik Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, di hari terakhir perusahaan beroperasi, Jumat (28/2/2025).( ANTARA/Mohammad Ayudha)

PENURUNAN Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Maret 2025 dinilai selaras dengan kondisi perekonomian dalam dua bulan terakhir yang terbilang tak cukup menggembirakan, alias melambat.

"Kalau kita perhatikan, misalnya data indeks penjualan riil yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, kita bisa melihat bahwa proyeksi pertumbuhan penjualan riil di bulan Februari itu diperkirakan melambat secara tahunan jika dibandingkan dengan posisi atau kondisi yang sama di tahun yang lalu," ujar periset dari Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi, Rabu (26/3).

Padahal Februari merupakan bulan penting yang banyak diharapkan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat. Itu karena umumnya tingkat konsumsi melonjak menjelang Ramadan. Namun realitasnya masyarakat seolah menahan atau bahkan tak memiliki kemampuan melakukan konsumsi.

Selain itu, kata Yusuf, data impor produk barang konsumsi di bulan kedua tahun ini juga menunjukkan penurunan signifikan.

"Ini anomali, mengingat umumnya ketika memasuki bulan Ramadan atau sebulan sebelum Ramadan kebutuhan untuk beberapa barang konsumsi itu mengalami peningkatan," jelasnya.

"Dengan relatif melambatnya data impor barang konsumsi ini juga menunjukkan permintaan dari masyarakat mengalami penurunan," tambah Yusuf.

Di luar itu, lanjutnya, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis oleh Bank Indonesia juga relatif lebih rendah tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian enam bulan ke depan.

Hal tersebut dinilai terjadi karena kondisi saat ini mempengaruhi psikologi masyarakat terhadap persepsi untuk beberapa bulan ke depan. Sejalan dengan data penjualan dan juga impor barang konsumsi, hal itu  juga merupakan indikasi lain terkait respons masyarakat terhadap konsumsi yang mereka lakukan.

"Data-data ini sebenarnya merupakan sinyal waspada terkait daya beli masyarakat terutama menjelang Lebaran dan ketika Ramadan. Hal ini menjadi anomali," kata Yusuf.

"Ketika masyarakat menurunkan persepsi konsumsi mereka, ini juga akan ikut mempengaruhi pelaku usaha di industri tertentu, sehingga ini yang saya kira bisa menjadi salah satu penjelasan kenapa IKI menunjukkan perlambatan dari bulan sebelumnya," pungkasnya. (Mir/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |