loading...
Israel sedang menghadapi tsunami kesehatan mental setelah dua tahun Perang Gaza. Foto/Noam Revkin Fenton/Flash90
TEL AVIV - Israel menghadapi "tsunami kesehatan mental", dengan 2 juta orang membutuhkan dukungan karena tingkat kecanduan obat penenang melonjak dan keluarga serta komunitas terpecah belah. Surat kabar Zionis, Yedioth Ahronoth, mengungkapkan temuan itu.
Dalam laporan ekstensif yang diterbitkan pada hari Jumat, media tersebut menyebutkan para profesional kesehatan mental telah membunyikan alarm atas peningkatan tajam jumlah orang yang membutuhkan dukungan sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, terdapat kekurangan terapis dan layanan dukungan yang parah, yang menurut para pakar dapat berakibat fatal.
Baca Juga: Berita Kemelut PBNU Mendunia, Gus Yahya Ditekan Mundur karena Mengundang Tokoh Pro-Israel
Pekan lalu, sebuah koalisi yang terdiri dari delapan organisasi kesehatan mental besar mengeluarkan peringatan mendesak kepada pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menggambarkan situasi negara itu sebagai "wabah penyakit mental yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal kedalaman dan cakupannya".
Kelompok-kelompok tersebut menyebut krisis ini "katastrofik" dan menuntut intervensi pemerintah segera.
Menurut koalisi tersebut, masyarakat Israel menunjukkan tanda-tanda yang jelas dari tekanan psikologis yang meluas.
"Kondisi psikologis dan kesejahteraan masyarakat Israel berada pada titik terendah yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata koalisi tersebut.
Periode konflik dan trauma yang panjang telah membuat banyak orang berjuang melawan depresi, kecemasan, pikiran yang mengganggu, dan kelelahan.
Keluarga dan masyarakat sangat terdampak, dan kelompok-kelompok tersebut memperingatkan bahwa krisis belum mencapai puncaknya.
Mereka memperingatkan tentang "trauma kolektif yang mendalam dan berkepanjangan" dan semakin runtuhnya rasa aman dan kepercayaan publik, yang kemungkinan akan memengaruhi generasi mendatang.

















































