Dongeng Sebelum Tidur Panjang dan Seru

3 hours ago 3
Dongeng Sebelum Tidur Panjang dan Seru Ilustrasi Gambar Tentang Dongeng Sebelum Tidur Panjang dan Seru(Media Indonesia)

Dunia fantasi selalu memikat, terutama saat menjelang tidur. Kisah-kisah panjang yang seru, penuh petualangan, dan karakter-karakter unik mampu membawa kita ke alam mimpi yang tak terlupakan. Lebih dari sekadar pengantar tidur, dongeng memiliki kekuatan untuk merangsang imajinasi, menanamkan nilai-nilai moral, dan mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Mari kita selami beberapa kisah menarik yang siap menemani malam Anda.

Kisah Putri Elara dan Naga Penjaga Hutan

Di sebuah kerajaan yang tersembunyi di balik pegunungan berkabut, hiduplah seorang putri bernama Elara. Ia dikenal karena kecantikannya yang memukau dan hatinya yang penuh kasih. Namun, Elara merasa terkekang oleh aturan kerajaan dan merindukan petualangan. Suatu hari, ia mendengar legenda tentang Naga Penjaga Hutan, makhluk mitos yang konon memiliki kebijaksanaan dan kekuatan luar biasa. Tergerak oleh rasa ingin tahu, Elara memutuskan untuk mencari naga tersebut.

Perjalanan Elara tidaklah mudah. Ia harus melewati hutan belantara yang lebat, menyeberangi sungai yang deras, dan mendaki gunung yang terjal. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan berbagai macam makhluk, baik yang ramah maupun yang berbahaya. Ada peri-peri kecil yang menawarkannya buah-buahan ajaib, kurcaci-kurcaci yang membantunya menyeberangi sungai, dan juga serigala-serigala lapar yang mengincarnya. Namun, Elara tidak pernah menyerah. Ia terus melangkah maju, didorong oleh tekadnya untuk bertemu dengan Naga Penjaga Hutan.

Akhirnya, setelah berhari-hari berjalan, Elara tiba di sebuah gua yang gelap dan misterius. Di dalam gua, ia melihat seekor naga besar yang sedang tidur. Naga itu memiliki sisik berwarna hijau zamrud, mata yang bersinar seperti bintang, dan sayap yang lebar seperti awan. Elara merasa takut, tetapi ia memberanikan diri untuk mendekati naga itu.

Naga Penjaga Hutan, kata Elara dengan suara gemetar, aku datang untuk meminta kebijaksanaanmu.

Naga itu membuka matanya perlahan-lahan. Ia menatap Elara dengan tatapan yang tajam dan penuh penilaian. Siapa kau, manusia, dan mengapa kau berani mengganggu tidurku? tanya naga itu dengan suara yang menggelegar.

Aku adalah Putri Elara, jawab Elara, dan aku datang untuk belajar darimu. Aku ingin menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan adil bagi kerajaanku.

Naga itu terdiam sejenak. Kemudian, ia berkata, Baiklah, Putri Elara. Aku akan mengujimu. Jika kau berhasil melewati ujianku, aku akan memberikanmu kebijaksanaanku.

Naga itu memberikan Elara tiga ujian. Ujian pertama adalah menemukan bunga abadi yang hanya tumbuh di puncak gunung tertinggi. Ujian kedua adalah memecahkan teka-teki kuno yang telah membingungkan para sarjana selama berabad-abad. Dan ujian ketiga adalah mengalahkan monster kegelapan yang mengancam hutan.

Elara menerima tantangan itu dengan berani. Ia menggunakan kecerdasannya, keberaniannya, dan hatinya yang penuh kasih untuk melewati setiap ujian. Ia mendaki gunung tertinggi, memecahkan teka-teki kuno, dan mengalahkan monster kegelapan. Naga itu terkesan dengan ketekunan dan keberanian Elara.

Kau telah membuktikan dirimu, Putri Elara, kata naga itu. Kau layak mendapatkan kebijaksanaanku. Ingatlah selalu, kebijaksanaan sejati berasal dari hati yang tulus dan pikiran yang jernih. Gunakanlah kebijaksanaanmu untuk kebaikan semua orang.

Naga itu memberikan Elara sebuah permata ajaib yang berisi kebijaksanaan. Elara berterima kasih kepada naga itu dan kembali ke kerajaannya. Ia menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan adil, dan kerajaannya pun makmur dan damai.

Petualangan Timun Mas Melawan Raksasa Jahat

Di sebuah desa kecil yang terletak di tepi hutan, hiduplah seorang wanita tua bernama Mbok Srini. Ia hidup sebatang kara dan sangat merindukan seorang anak. Suatu malam, ia berdoa kepada dewa untuk diberikan seorang anak. Doanya dikabulkan, dan ia diberikan sebuah biji mentimun ajaib.

Mbok Srini menanam biji mentimun itu di kebunnya. Ajaibnya, biji itu tumbuh menjadi pohon mentimun yang sangat besar dan berbuah emas. Mbok Srini memetik salah satu buah mentimun emas itu dan membukanya. Di dalamnya, ia menemukan seorang bayi perempuan yang cantik jelita. Ia menamai bayi itu Timun Mas.

Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik dan cerdas. Namun, kebahagiaan Mbok Srini tidak berlangsung lama. Ketika Timun Mas berusia tujuh belas tahun, datanglah seorang raksasa jahat bernama Buto Ijo. Buto Ijo menagih janji yang telah dibuat Mbok Srini kepada dewa. Dulu, Mbok Srini berjanji akan memberikan anaknya kepada Buto Ijo jika ia diberikan seorang anak.

Mbok Srini sangat sedih dan takut. Ia tidak ingin kehilangan Timun Mas. Ia meminta Buto Ijo untuk memberikan waktu kepadanya. Buto Ijo setuju, tetapi ia memberikan syarat. Timun Mas harus menyerahkan diri kepadanya dalam waktu tiga hari.

Mbok Srini sangat bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia kemudian pergi ke seorang pertapa sakti untuk meminta pertolongan. Pertapa itu memberikan Mbok Srini empat buah benda ajaib: biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.

Benda-benda ini akan melindungi Timun Mas dari Buto Ijo, kata pertapa itu. Suruhlah Timun Mas untuk melemparkan benda-benda ini ketika ia dikejar oleh Buto Ijo.

Mbok Srini kembali ke rumah dan memberikan benda-benda ajaib itu kepada Timun Mas. Ia menceritakan semua yang telah terjadi kepada Timun Mas. Timun Mas sangat sedih, tetapi ia bertekad untuk melawan Buto Ijo.

Pada hari yang telah ditentukan, Buto Ijo datang untuk menjemput Timun Mas. Timun Mas melarikan diri ke hutan. Buto Ijo mengejarnya dengan amarah.

Ketika Buto Ijo hampir menangkapnya, Timun Mas melemparkan biji mentimun. Ajaibnya, biji mentimun itu berubah menjadi ladang mentimun yang sangat luas. Buto Ijo terjebak di ladang mentimun itu dan kesulitan untuk mengejar Timun Mas.

Namun, Buto Ijo berhasil keluar dari ladang mentimun itu. Ia kembali mengejar Timun Mas. Timun Mas kemudian melemparkan jarum. Jarum itu berubah menjadi hutan bambu yang sangat lebat. Buto Ijo kembali terjebak dan kesulitan untuk mengejar Timun Mas.

Buto Ijo berhasil keluar dari hutan bambu itu. Ia semakin marah dan mengejar Timun Mas dengan lebih cepat. Timun Mas melemparkan garam. Garam itu berubah menjadi lautan yang luas. Buto Ijo tidak bisa berenang dan hampir tenggelam.

Dengan sisa tenaganya, Buto Ijo berhasil keluar dari lautan itu. Ia sangat marah dan kelelahan. Timun Mas melemparkan terasi. Terasi itu berubah menjadi lumpur panas yang mendidih. Buto Ijo terjebak di lumpur panas itu dan akhirnya mati.

Timun Mas selamat dari kejaran Buto Ijo. Ia kembali ke rumah dan hidup bahagia bersama Mbok Srini. Mereka berdua bersyukur karena telah dilindungi oleh dewa.

Kisah Si Kancil yang Cerdik dan Buaya-Buaya Lapar

Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor kancil yang cerdik dan lincah. Kancil itu dikenal karena kecerdasannya dalam mengatasi berbagai masalah. Suatu hari, kancil itu merasa lapar. Ia ingin menyeberangi sungai untuk mencari makanan di seberang sungai.

Namun, sungai itu sangat dalam dan lebar. Kancil tidak bisa berenang. Ia harus mencari cara lain untuk menyeberangi sungai. Kancil melihat sekelompok buaya yang sedang berjemur di tepi sungai. Ia memiliki ide yang cerdik.

Kancil mendekati buaya-buaya itu dan berkata, Hai buaya-buaya yang baik hati, apakah kalian sedang lapar?

Buaya-buaya itu menjawab, Tentu saja kami lapar, kancil. Kami sudah lama tidak makan.

Kancil berkata, Aku punya banyak makanan untuk kalian. Raja Sulaiman memerintahkan aku untuk menghitung jumlah buaya di sungai ini. Jika kalian bersedia berbaris rapi di sungai, aku akan menghitung kalian satu per satu dan memberikan kalian hadiah makanan dari Raja Sulaiman.

Buaya-buaya itu sangat senang mendengar tawaran kancil. Mereka setuju untuk berbaris rapi di sungai. Kancil mulai menghitung buaya-buaya itu sambil melompat dari satu buaya ke buaya lainnya.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh... Kancil terus menghitung buaya-buaya itu hingga ia sampai di seberang sungai.

Setelah sampai di seberang sungai, kancil berkata, Terima kasih, buaya-buaya yang baik hati. Kalian telah membantuku menyeberangi sungai. Aku tidak punya makanan untuk kalian. Aku hanya ingin menipu kalian agar bisa menyeberangi sungai.

Buaya-buaya itu sangat marah karena telah ditipu oleh kancil. Mereka berusaha mengejar kancil, tetapi kancil itu sudah lari jauh ke dalam hutan.

Kancil berhasil menyeberangi sungai dan mencari makanan di seberang sungai. Ia memakan buah-buahan dan sayuran yang lezat. Kancil sangat senang karena telah berhasil menipu buaya-buaya yang lapar.

Legenda Batu Menangis dan Hukuman untuk Anak Durhaka

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang janda tua dengan seorang anak perempuan bernama Darmi. Darmi memiliki paras yang cantik jelita, namun sayangnya, ia memiliki sifat yang buruk. Ia malas, sombong, dan tidak menghormati ibunya.

Setiap hari, ibu Darmi bekerja keras untuk mencari nafkah. Ia bekerja sebagai buruh tani dan menjual kayu bakar. Sementara itu, Darmi hanya bermalas-malasan di rumah. Ia tidak pernah membantu ibunya. Ia hanya berdandan dan bersolek.

Suatu hari, ibu Darmi meminta Darmi untuk menemaninya pergi ke pasar. Ibu Darmi ingin menjual hasil panennya di pasar. Darmi awalnya menolak, tetapi karena dipaksa oleh ibunya, ia akhirnya setuju.

Dalam perjalanan ke pasar, Darmi berjalan di depan ibunya. Ia mengenakan pakaian yang bagus dan berdandan menor. Sementara itu, ibunya berjalan di belakangnya dengan pakaian yang lusuh dan membawa keranjang yang berat.

Orang-orang yang melihat Darmi dan ibunya merasa heran. Mereka bertanya kepada Darmi, Siapakah wanita tua yang berjalan di belakangmu itu?

Darmi menjawab dengan sombong, Dia adalah pembantuku.

Ibu Darmi sangat sedih mendengar jawaban Darmi. Ia merasa sakit hati karena telah dipermalukan oleh anaknya sendiri. Ia berdoa kepada Tuhan untuk memberikan hukuman kepada Darmi.

Tiba-tiba, langit menjadi gelap dan petir menyambar. Tubuh Darmi perlahan-lahan berubah menjadi batu. Ia menangis dan menyesali perbuatannya, tetapi sudah terlambat. Seluruh tubuhnya telah menjadi batu.

Dari batu itu, keluar air mata yang terus mengalir. Orang-orang menyebut batu itu sebagai Batu Menangis. Batu Menangis menjadi pengingat bagi semua orang agar tidak durhaka kepada orang tua.

Kisah Bawang Merah dan Bawang Putih: Kebaikan vs. Kejahatan

Dahulu kala, di sebuah desa yang tenang, hiduplah dua orang gadis cantik bernama Bawang Merah dan Bawang Putih. Mereka adalah saudara tiri. Bawang Putih adalah gadis yang baik hati, rajin, dan jujur. Sementara itu, Bawang Merah adalah gadis yang pemalas, sombong, dan iri hati.

Bawang Putih selalu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Ia mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, dan merawat ibunya yang sakit. Sementara itu, Bawang Merah hanya bermalas-malasan dan bersolek. Ia tidak pernah membantu Bawang Putih.

Ibu Bawang Putih sangat menyayangi Bawang Putih. Ia selalu memuji Bawang Putih karena kebaikannya. Hal ini membuat Bawang Merah semakin iri hati kepada Bawang Putih.

Suatu hari, ibu Bawang Putih meninggal dunia. Bawang Putih sangat sedih. Ia merasa kehilangan orang yang paling dicintainya. Setelah ibu Bawang Putih meninggal, Bawang Merah dan ibunya semakin jahat kepada Bawang Putih. Mereka memperlakukan Bawang Putih seperti seorang pembantu.

Setiap hari, Bawang Putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Ia tidak pernah mendapatkan istirahat. Sementara itu, Bawang Merah dan ibunya hanya bermalas-malasan dan bersenang-senang.

Suatu pagi, Bawang Putih sedang mencuci pakaian di sungai. Ia tidak sengaja menghanyutkan sehelai kain milik Bawang Merah. Bawang Merah sangat marah kepada Bawang Putih. Ia menyuruh Bawang Putih untuk mencari kainnya yang hilang.

Bawang Putih mencari kain Bawang Merah hingga ke ujung sungai. Ia bertemu dengan seorang nenek tua yang sedang duduk di tepi sungai. Nenek itu bertanya kepada Bawang Putih, Mengapa kamu menangis, Nak?

Bawang Putih menceritakan semua yang telah terjadi kepada nenek itu. Nenek itu berkata, Aku tahu di mana kain Bawang Merah berada. Kain itu ada di dalam gua di dekat sini. Jika kamu mau membantuku, aku akan memberikan kain itu kepadamu.

Bawang Putih setuju untuk membantu nenek itu. Ia membantu nenek itu membersihkan rumah, memasak, dan mencuci pakaian. Setelah selesai membantu nenek itu, nenek itu memberikan kain Bawang Merah kepada Bawang Putih.

Nenek itu juga memberikan Bawang Putih dua buah labu. Satu labu berukuran besar dan satu labu berukuran kecil. Nenek itu menyuruh Bawang Putih untuk memilih salah satu labu itu.

Bawang Putih memilih labu yang berukuran kecil. Ia tidak ingin serakah. Setelah itu, Bawang Putih kembali ke rumah.

Bawang Merah sangat senang karena Bawang Putih telah menemukan kainnya yang hilang. Namun, ia juga penasaran dengan labu yang dibawa oleh Bawang Putih. Ia bertanya kepada Bawang Putih, Apa isi labu itu?

Bawang Putih menjawab, Aku tidak tahu. Aku belum membukanya.

Bawang Merah memaksa Bawang Putih untuk membuka labu itu. Ketika Bawang Putih membuka labu itu, ia terkejut. Di dalam labu itu, terdapat banyak sekali perhiasan emas dan permata.

Bawang Merah sangat iri hati kepada Bawang Putih. Ia ingin memiliki perhiasan emas dan permata itu. Ia kemudian pergi ke sungai dan menghanyutkan kainnya sendiri. Ia berharap bisa bertemu dengan nenek tua dan mendapatkan labu yang berisi perhiasan emas dan permata.

Bawang Merah bertemu dengan nenek tua di sungai. Ia menceritakan semua yang telah terjadi kepada nenek itu. Nenek itu setuju untuk memberikan kain Bawang Merah kepadanya. Namun, nenek itu memberikan Bawang Merah dua buah labu. Satu labu berukuran besar dan satu labu berukuran kecil. Nenek itu menyuruh Bawang Merah untuk memilih salah satu labu itu.

Bawang Merah memilih labu yang berukuran besar. Ia sangat serakah. Setelah itu, Bawang Merah kembali ke rumah.

Ibunya sangat senang karena Bawang Merah telah mendapatkan labu yang berukuran besar. Mereka berdua segera membuka labu itu. Namun, mereka terkejut. Di dalam labu itu, terdapat banyak sekali ular dan kalajengking.

Ular dan kalajengking itu menggigit Bawang Merah dan ibunya. Mereka berdua mati karena racun ular dan kalajengking. Bawang Putih hidup bahagia selamanya.

Kisah Cindelaras dan Ayam Ajaib

Di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang raja yang bijaksana dan adil. Raja memiliki dua orang istri. Istri pertama adalah seorang wanita yang baik hati dan cantik jelita. Istri kedua adalah seorang wanita yang jahat dan iri hati.

Istri pertama melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan cerdas. Anak itu diberi nama Cindelaras. Istri kedua sangat iri hati kepada istri pertama. Ia ingin agar anaknya sendiri yang menjadi pewaris tahta.

Istri kedua merencanakan sesuatu yang jahat. Ia memfitnah istri pertama telah melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Raja sangat marah mendengar fitnah itu. Ia mengusir istri pertama dari istana.

Istri pertama pergi ke hutan dan hidup sebatang kara. Ia merawat Cindelaras dengan penuh kasih sayang. Cindelaras tumbuh menjadi anak yang kuat dan pemberani.

Suatu hari, Cindelaras menemukan seekor ayam ajaib di hutan. Ayam itu bisa berbicara dan memiliki kekuatan gaib. Ayam itu berkata kepada Cindelaras, Aku akan membantumu untuk membalas dendam kepada istri kedua.

Ayam itu memberikan Cindelaras sebuah pusaka. Pusaka itu bisa membuat Cindelaras menjadi seorang pahlawan yang sakti mandraguna. Cindelaras menggunakan pusaka itu untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

Cindelaras kembali ke kerajaan dan menantang istri kedua untuk berduel. Istri kedua sangat ketakutan. Ia tidak berani melawan Cindelaras. Cindelaras berhasil mengalahkan istri kedua dan membuktikan bahwa ibunya tidak bersalah.

Raja sangat menyesal telah mengusir istri pertamanya. Ia meminta maaf kepada istri pertamanya dan memintanya untuk kembali ke istana. Istri pertama memaafkan raja. Mereka berdua hidup bahagia selamanya.

Cindelaras menjadi seorang raja yang bijaksana dan adil. Ia memerintah kerajaannya dengan penuh kasih sayang. Kerajaannya menjadi makmur dan damai.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |