Daya Beli Turun, Warga Jawa Tengah Pilih Tetap di Rumah

1 day ago 5
Daya Beli Turun, Warga Jawa Tengah Pilih Tetap di Rumah Perdagangan pakaian bekas import ramai pembeli sebagai pilihan jelang lebaran akibat penurunan daya beli(MI/Akhmad Safuan)

LALU lintas yang tak padat, tempat wisata yang tak penuh orang, hingga mal atau pasar yang sepi menjadi salah satu gambaran turunnya daya beli pada sebagian warga kelas menengah ke bawah. Mereka pun memilih berhemat dengan mengurangi belanja pakaian dengan kembali menggunakan pakaian lama atau membeli pakaian bekas hasil impor.

Pemantauan Media Indonesia Selasa (1/4), memasuki liburan Hari Raya Idulfitri kedua, kegiatan warga di sejumlah daerah di Jawa Tengah tidak sesibuk sebelumnya. Lalu lintas di jalan raya juga tidak sepadat sebelumnya dan sebagian besar warga memilih untuk bertahan di rumah guna berkumpul bersama keluarga.

Sejumlah tempat wisata juga masih terlihat sepi pengunjung, jauh menurun dibanding pada lebaran sebelumnya seperti Kawasan Wisata Bandungan (Kabupaten Semarang), Lawang Sewu, Kota Lama, Sam Poo Kong, Semarang Zoo (Kota Semarang), Makam Sunan Kalijaga, Masjid Agung dan Pantai Mor (Demak), Pantai Cahaya (Kendal), Pantai Sigandu (Batang) dan Pantai Pasir Kencana (Pekalongan).

"Masih sepi pengunjung, berbeda dengan tahun sebelumnya pada hari kedua lebaran penuh pengunjung berwisata," kata Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kota Pekalongan Sabaryo Pramono.

Lonjakan wisatawan di Pekalongan, ungkap Sabaryo, diperkirakan terjadi sepekan setelah lebaran yakni bersamaan dengan perayaan Syawalan, karena banyak agenda budaya dan wisata seperti kue lupis raksasa dan festival balon (Kota Pekalongan). Syawalan dengan Gunungan Megono (Kabupaten Pekalongan) diperkirakan akan dihadiri ribuan pengunjung.

Hal serupa juga diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso, daerah ini menargetkan adanya peningkatan jumlah wisatawan hingga 8,5%, sehingga 18 destinasi wisata dipersiapkan secara matang sejak sebelum musim mudik. "Dari 20 juta pemudik ada di Jawa Tengah, target 4,5 juta wisatawan berkunjung di sejumlah destinasi wisata cukup realistis," imbuhnya.

Hemat Pengeluaran

Sementara itu sebagian besar warga terutama kalangan menengah ke bawah di sejumlah daerah di Jawa Tengah memililih melakukan penghematan pengeluaran, sebagai dampak menurunnya daya beli masyarakat. Ini terjadi akibat banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun kenaikan harga kebutuhan pokok jelang lebaran. Hal itu terindikasi dari sepinya sejumlah pasar tradisional terutama pada sektor barang sekunder seperti pakaian.

"Penilaian pakaian baru menurun drastis, biasanya saya bisa jual hingga 5-10 kodi hingga sehari sebelum lebaran, saat ini paling banyak dua kodi, itupun harga pakaian golongan kelas bawah," kata Etik Marlina, 45, pedagang dan grosir pakaian di Pasar Johar Semarang.

Demikian juga diungkapkan Suryani, 40, pedagang pakaian di Pasar Grogolan, Kota Pekalongan, menyebut terjadi penurunan penjualan pakaian tidak hanya di pasar tradisional, tetapi juga di pedagang pasar grosir maupun sejumlah showroom batik. Warga memilih membeli kebutuhan pokok.

"Banyak korban PHK akibat pabrik tutup, jadi melakukan penghematan pengeluaran," ujarnya.

Hal itu juga dibenarkan Edy, 45, korban PHK di sebuah pabrik konveksi di Ungaran, Kabupaten Semarang. Akibat pemutusan hubungan pekerjaan enam bulan sebelum lebaran, ia terpaksa banting setir untuk dapat bertahan hidup dengan menjadi ojek daring dan sebagian teman-teman memilih usaha meskipun kondisinya juga berat.

"Dari pada untuk beli pakaian mendingan untuk beli beras, untuk anak-anak dibelikan pakaian bekas impor, masih bagus-bagus dan harga miring," ungkap Rudi, 50, warga lain di Banyumanik, Kota Semarang.

Primadona Pakaian Bekas

Pedagang pakaian bekas impor Togar, di Tembalang, Kota Semarang mengaku sejak menjelang lebaran penjualan pakaian bekas meningkat drastis karena banyak peminat untuk kebutuhan lebaran. Bahkan hingga mendekati lebaran, ia cukup kewalahan melayani pembeli yang datang ke toko maupun penjualan melalui daring.

Kondisi serupa juga diungkap pedagang lain, Margono, stok pakaian hasil pembelian dari Bandung dan Surabaya tersebut nyaris habis dan baru akan kembali menyetok usai Syawalan. "Dari pada beli baru, pakaian bekas impor menjadi pilihan di lebaran saat ini," tambahnya.

Dongkrak Daya Beli

Sepekan sebelum lebaran, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menyalurkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) kepada pekerja industri tembakau. Menurut Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, hal itu dilakukan untuk mengungkit daya beli masyarakat menjelang Lebaran.

"Kita salurkan DBHCHT senilai Rp790.800.000 bagi 1.318 orang pekerja, penyaluran dilakukan dua kali, untuk tahap pertama disalurkan Rp600 ribu per pekerja pada Maret-April atau menjelang Lebaran dan tahap kedua pada Juni-Juli, menjelang tahun ajaran baru masuk sekolah, dengan nominal Rp600 ribu per orang," kata Taj Yasin Maimoen saat penyerahan di industri rokok PT Meta Prima Sejahtera di Kota Semarang.

Penyaluran  DBHCHT tersebut diharapkan bisa ikut mengungkit perputaran ekonomi di Jawa Tengah dan secara keseluruhan di Kota Semarang  diserahkan kepada 2.752 pekerja, yang tersebar di 13 pabrik. "Untuk total penerima se-Jawa Tengah sebanyak 85.000 pekerja di 33 kabupaten kota disalurkan melalui kantor pos di masing-masing daerah," tuturnya.(M-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |