
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan akan melakukan perjalanan ke ibu kota Turki, Ankara, untuk bertemu Presiden Recep Tayyip Erdogan. Setelah itu ia bersedia mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istanbul, Kamis.
“Kami akan melakukan segala cara agar pertemuan ini benar-benar terjadi,” ujarnya kepada para wartawan dalam konferensi pers dadakan di Kyiv.
Pihak Rusia belum mengumumkan siapa yang akan terbang ke Istanbul, hanya menyatakan hal itu akan diumumkan “begitu [Putin] menganggapnya perlu”. Putin dan Zelensky belum pernah bertemu sejak Desember 2019.
Pembicaraan langsung terakhir antara kedua negara berlangsung di Istanbul pada Maret 2022, dalam pekan-pekan awal invasi skala penuh Rusia ke Ukraina.
Putin awalnya menyerukan pembicaraan langsung di kota terbesar Turki itu “tanpa prasyarat”, sebelum Zelensky menyatakan bahwa ia akan datang secara langsung dan mengharapkan kehadiran Presiden Rusia juga.
Amerika Serikat juga diperkirakan akan mengirim delegasi tingkat tinggi.
Dengan mengonfirmasi kunjungannya ke Turki pada konferensi pers Selasa itu, Zelensky tampaknya ingin meningkatkan tekanan terhadap Rusia untuk merespons. Kremlin sendiri telah memperingatkan bahwa memberi tekanan kepada Moskwa adalah hal yang “sia-sia” dan mereka tidak akan menanggapi ultimatum.
Penyelesaian Jangka Panjang
Sebaliknya, Rusia berusaha menekankan pada penyelesaian jangka panjang yang menyasar apa yang mereka anggap sebagai “akar permasalahan” perang, yakni serangkaian prasyarat berat yang diumumkan sebelum invasi 2022 dan secara konsisten ditolak oleh Kyiv.
Zelensky mengatakan bahwa meskipun ia siap bertemu dengan Putin di Istanbul, prioritas utamanya adalah memastikan gencatan senjata selama 30 hari, yang menurutnya telah disetujui oleh seluruh sekutu Ukraina — termasuk Amerika Serikat.
Ia juga menyatakan yakin tawaran mendadak Putin untuk mengadakan pembicaraan langsung di Turki pada Minggu malam adalah upaya untuk mengejutkan Kyiv, agar ia “tidak bereaksi” atau “bereaksi secara negatif bagi Ukraina.”
Presiden AS Donald Trump, yang sedang melakukan kunjungan ke kawasan Teluk, mengisyaratkan dirinya mungkin akan terbang ke Istanbul “jika saya rasa ada sesuatu yang bisa terjadi.”
Namun hal tersebut tampaknya belum akan terjadi, dan laporan yang belum dikonfirmasi menyebutkan dua utusan senior AS, Steve Witkoff dan Keith Kellogg, berencana berada di Istanbul pada hari pelaksanaan pertemuan.
Spekulasi Putin Datang
Kremlin berupaya meredam spekulasi Putin akan datang secara langsung. “Rusia terus melakukan persiapan untuk negosiasi yang dijadwalkan Kamis nanti. Hanya itu yang bisa kami sampaikan saat ini,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, pada Selasa menyatakan Moskwa siap untuk mengadakan pembicaraan “secara bertanggung jawab” dengan mempertimbangkan “realitas di lapangan” — sebuah referensi terselubung terhadap empat wilayah tenggara Ukraina yang sebagian telah dikuasai Rusia sejak 2022.
Ia juga kembali menyampaikan tuntutan awal Moskwa sebelum invasi dimulai sebagai dasar penyelesaian — tuntutan yang dianggap Ukraina dan sekutu Baratnya sebagai ultimatum yang setara dengan penyerahan de facto dari pihak Kyiv.
Ryabkov juga meragukan kemampuan Ukraina untuk mematuhi kesepakatan.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan bahwa duduk bersama antara Zelensky dan Putin akan menjadi langkah baik, namun menambahkan: “Saya tidak yakin dia (Putin) berani melakukannya.”
Zelensky juga menuduh Putin “takut” untuk bertemu dengannya. Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, mengatakan jika Presiden Rusia menolak datang ke Istanbul, itu akan menjadi “sinyal akhir” bahwa ia tidak berniat mengakhiri perang.
Para pemimpin sekutu utama Ukraina — Inggris, Jerman, Polandia, dan Prancis — telah melakukan perjalanan ke Kyiv akhir pekan lalu untuk memperingatkan sanksi lebih lanjut secara segera jika Rusia tidak menyetujui gencatan senjata 30 hari.
Uni Eropa saat ini sedang menyusun paket sanksi ke-17. (BBC/Z-2)