Sederet Tantangan dalam Ekosistem Kendaraan Listrik

1 week ago 8
Sederet Tantangan dalam Ekosistem Kendaraan Listrik Warga mengisi daya mobil di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Banda Aceh, Aceh, Selasa (15/4/2025).(Antara/Irwansyah Putra)

INDUSTRI kendaraan listrik (EV) di Indonesia menunjukkan akselerasi positif meskipun masih menghadapi berbagai tantangan struktural. Indonesia berhasil menempati posisi ke-14 dunia dalam produksi kendaraan dan peringkat ke-17 dalam pasar otomotif global pada 2024.

"Di kawasan ASEAN, Indonesia memimpin dengan pangsa pasar sebesar 31 persen, jauh di atas Malaysia (26 persen) dan Thailand (18 persen)," kata Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gaikindo, dalam forum diskusi RE Invest Indonesia 2025: Indonesia as the next EV production hub, belum lama ini.

Sepanjang 2024, wholesales kendaraan mencapai 865.723 unit, sedikit di atas target Gaikindo. Sementara itu, ekspor kendaraan utuh (CBU) tercatat sebanyak 505.134 unit. Namun, untuk 2025 wholesales diproyeksikan turun menjadi sekitar 850.000 unit. 

Ia menekankan pentingnya mendorong program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) dan mempercepat transisi dari kendaraan berbasis emisi tinggi ke kendaraan listrik. "Pengembangan pasar kendaraan listrik di Indonesia masih memerlukan insentif besar dan penyediaan infrastruktur yang luas, terutama dalam membangun kepercayaan konsumen terhadap BEV (battery electric vehicle)," kata Kukuh.

Dalam pasar kendaraan listrik, Kukuh mencatat bahwa hybrid electric vehicle (HEV) masih mendominasi penjualan dibandingkan BEV di Indonesia. Sepanjang 2024, penjualan HEV mencapai 54.179 unit, sementara BEV hanya 17.051 unit. Data ini menunjukkan bahwa adopsi penuh terhadap BEV masih menghadapi tantangan besar, terutama dari sisi harga dan infrastruktur.

Eko Adji Buwono dari Entrev menambahkan bahwa transisi kendaraan listrik harus diiringi dengan penguatan infrastruktur pengisian daya. Hingga Maret 2025, tercatat terdapat 3.772 SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum) tersebar di 2.515 lokasi, didominasi oleh SPKLU berkapasitas 7-22 kW. 

Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan optimal, mengingat target pemerintah untuk mencapai lebih dari 30.000 SPKLU pada 2030. "Peningkatan jumlah SPKLU harus berjalan seiring dengan kenaikan penjualan BEV untuk menghilangkan kecemasan konsumen terhadap jarak tempuh," kata Eko.

Selain itu, Eko menggarisbawahi pentingnya mempercepat pengembangan teknologi daur ulang baterai untuk mendukung ekonomi sirkular. Ia menyebutkan bahwa emisi karbon kendaraan listrik sebesar 1,3 kg CO2 per 10 km perjalanan, lebih rendah dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil yang menghasilkan 2,4 kg CO2 untuk jarak yang sama. 

Meski demikian, harga EV yang masih tinggi menjadi hambatan dengan harga rata-rata EV di Indonesia saat ini berkisar di atas Rp800 juta, jauh dari daya beli rata-rata masyarakat sebesar Rp300 juta. (RO/I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |