Kesaksian Emosional Kim Kardashian di Pengadilan Paris: “Saya Pikir Saya Akan Mati”

5 hours ago 2
 “Saya Pikir Saya Akan Mati” Kim Kardashian memberikan kesaksian emosional di pengadilan Paris tentang perampokan bersenjata yang dialaminya pada 2016.(Media Sosial X)

SEMBILAN tahun setelah perampokan bersenjata yang mengguncang dunia, Kim Kardashian akhirnya memberikan kesaksian langsung di hadapan hakim di Pengadilan Paris. Dalam sesi pengadilan yang penuh emosi pada Selasa lalu, bintang reality show dan pengusaha ternama itu menceritakan detik-detik menegangkan ketika ia diikat dan ditodong senjata oleh sekelompok pria bertopeng yang mencuri perhiasannya senilai lebih dari Rp190 miliar.

Dalam kesaksian yang berlangsung selama lebih dari tiga jam, Kim Kardashian menceritakan bagaimana hidupnya berubah sejak malam mengerikan di tahun 2016 itu. Ia berada di Paris untuk menghadiri Paris Fashion Week dan sedang berada di kamar hotel mewah sekitar pukul 03.00 pagi, ketika dua pria bertopeng yang mengenakan seragam polisi menerobos masuk bersama resepsionis hotel yang telah diikat dan dibungkam.

“Saya yakin mereka akan menembak saya,” ujar Kardashian dengan suara kecil di ruang sidang yang dipenuhi media internasional. “Saya pikir itu adalah akhir hidup saya.”

Kronologi Mencekam di Malam Perampokan

Kardashian mengenang, saat itu ia sempat menelepon pengawalnya, namun telepon segera direbut oleh salah satu pelaku. Mereka mengambil cincin pertunangannya—yang merupakan hadiah dari mantan suaminya, Kanye West—yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Ia kemudian diseret keluar kamar untuk menunjukkan lokasi perhiasan lainnya.

“Saya sempat berpikir untuk melarikan diri, tapi itu bukan pilihan. Jadi saya hanya menurut demi keselamatan saya,” jelasnya.

Ia lalu diikat dengan kabel zip tie dan dibaringkan di tempat tidur. Dalam kepanikan, ia meminta kepada concierge agar menyampaikan kepada pelaku bahwa ia memiliki anak dan harus pulang dengan selamat.

Salah satu pelaku menarik tubuhnya, membuat jubahnya terbuka, dan saat itu Kardashian mengira dirinya akan diperkosa. “Saya berdoa dalam hati, bersiap secara mental,” katanya sambil menahan air mata.

Namun kemudian pelaku mengikat kakinya dan menodongkan pistol ke arahnya. “Itulah momen di mana saya benar-benar yakin mereka akan menembak saya.”

Kardashian juga sempat memikirkan kakaknya, Kourtney, yang bisa saja masuk ke kamar dan menemukan dirinya dalam keadaan tewas. “Bayangan itu akan menghantuinya seumur hidup,” ujarnya lirih.

Rasa Takut, Trauma, dan Upaya Pemulihan

Setelah para pelaku melarikan diri, Kardashian berhasil membebaskan tangannya dan turun ke lantai bawah, di mana ia ditolong oleh penata gaya dan temannya, Simone Harouche. Mereka berdua kemudian bersembunyi di balkon sambil berteriak meminta pertolongan.

Kejadian tersebut meninggalkan trauma mendalam bagi Kardashian. Ia mengaku tidak lagi bisa tidur nyenyak tanpa kehadiran banyak petugas keamanan di rumahnya. Bahkan, ia mengembangkan ketakutan keluar rumah karena khawatir rumahnya menjadi target pencurian berikutnya.

“Sejak kejadian itu, segalanya berubah. Sekarang saya punya enam pengawal yang berjaga di malam hari,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa rumahnya di Los Angeles sempat dibobol saat keluarganya masih berada di Paris.

Permintaan Maaf dan Pengampunan

Selama persidangan, dua terdakwa menyampaikan permintaan maaf mereka. Salah satunya adalah Aomar Ait Khedache, 71, yang duduk hanya beberapa meter darinya di ruang sidang. Kardashian menanggapinya dengan tenang, dan berkata sambil menangis, “Saya menghargai itu, saya memaafkan Anda. Tapi itu tidak mengubah rasa sakit dan trauma yang saya alami.”

Namun, ia mengabaikan terdakwa lainnya, termasuk mantan sopirnya, Gary Madar, yang dituduh memberikan informasi keberadaannya kepada pelaku perampokan. Ia juga menyampaikan kemarahannya terhadap Yunice Abbas, salah satu terdakwa yang telah menerbitkan buku berjudul I Held Up Kim Kardashian pada tahun 2021.

“Saya sangat terkejut ketika tahu dia menulis buku,” kata Kardashian. “Dia tidak hanya melakukan perampokan, tapi juga menghasilkan uang dari kenangan dan perhiasan saya, termasuk jam tangan pemberian almarhum ayah saya saat saya lulus SMA. Itu tidak akan pernah bisa saya dapatkan kembali.”

Harapan untuk Penutupan dan Keadilan

Kehadiran Kim Kardashian di pengadilan bukan hanya sebagai saksi korban, tapi juga sebagai bagian dari perjalanannya untuk memperoleh penutupan secara emosional. “Saya ingin menjadi bagian dari proses ini. Saya ingin mendengar langsung dari semua pihak dan menutup lembaran ini.”

Ia menutup kesaksiannya dengan mengatakan, “Saya di sini untuk menyampaikan kebenaran saya, dan berharap tidak ada orang lain yang mengalami hal seperti ini. Itu adalah pengalaman yang menakutkan dan mengubah hidup. Saya tidak akan pernah mengharapkan rasa takut seperti itu terjadi pada siapa pun, bahkan musuh saya sekalipun." (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |