Hendri Kampai: Indonesia, Baterai dan Mobil Listrik, Kalau Mau Pasti Mampu!

2 days ago 7

TEKNOLOGI - Bayangkan ini, Indonesia punya nikel terbesar di dunia, bahan utama baterai kendaraan listrik. Ibarat dapur dengan bahan baku melimpah, kita ini tinggal masak saja. Tapi apa yang terjadi? Kita cuma jadi tukang jual bahan mentah, sementara orang lain yang panen untung besar. Ironisnya, harga mobil listrik di Indonesia masih mahal—jauh dari jangkauan sebagian besar rakyat. Lalu muncul pertanyaan yang sederhana tapi menusuk: kenapa kita tidak buat baterai dan mobil listrik sendiri? Kalau mau, pasti mampu. Bukankah kita punya semua potensi?

Terlalu Banyak Alasan untuk Maju
Sebagian orang akan berkata, “Ah, bikin pabrik baterai itu sulit. Teknologinya mahal, butuh modal besar, belum lagi SDM kita kurang siap.” Tapi, sejujurnya, alasan itu terlalu basi. China, misalnya, dulu juga memulai dari nol. Mereka belajar, berinovasi, dan sekarang menguasai pasar kendaraan listrik dunia. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Apakah kita kekurangan orang pintar? Tidak. Apakah kita tidak punya modal? Tidak juga. Yang kurang adalah keberanian untuk memulai.

Apa saja sih alasan yang sering dikemukakan?
Teknologi Tinggi? Belajar bisa. Kalau belum punya teknologi, ya cari mitra strategis yang mau berbagi pengetahuan. Mulailah dari transfer teknologi.

Butuh Modal Besar? Bukankah kita sudah biasa bangun proyek infrastruktur triliunan rupiah? Kalau untuk jalan tol bisa, kenapa untuk pabrik baterai tidak? Modal ada kalau ada kemauan. Lagi pula, investor asing pasti tertarik kalau Indonesia benar-benar serius.

SDM Kurang Siap? Masa iya? Anak-anak muda kita berprestasi di kancah internasional. Kalau mereka diberi kesempatan, pasti bisa jadi motor perubahan.

Kenapa Harga Mobil Listrik Masih Mahal?
Nah, sekarang soal mobil listrik. Kenapa harganya mahal? Karena sebagian besar komponen masih impor. Bayangkan, nikel yang kita tambang diolah di luar negeri, lalu produknya kita beli kembali dalam bentuk baterai dengan harga selangit. Belum lagi mobilnya, yang dirakit di negara lain dan dikenai pajak impor. Akhirnya, masyarakat kita hanya jadi konsumen.

Sebenarnya, mahalnya harga mobil listrik itu lebih karena kita masih malas membuat sendiri. Kalau kita punya industri lokal, harganya bisa lebih murah. Tapi ya itu tadi, selalu saja ada alasan.

Kenapa Tidak Buat Mobil Listrik Sendiri?
Kenapa? Karena kita takut bersaing. Padahal, tidak ada kesuksesan tanpa keberanian. Perusahaan besar seperti Tesla juga memulai dengan banyak tantangan. Kita bisa belajar dari mereka. Kalau kita serius mengembangkan mobil listrik buatan Indonesia, kita akan membuka lapangan kerja, meningkatkan kemampuan teknologi, dan yang paling penting: kita tidak lagi jadi negara pasar.

Tantangan seperti infrastruktur dan regulasi memang ada, tapi itu bukan halangan kalau benar-benar mau. Kalau kita mau, pasti mampu. Apalagi kalau pemerintah berkomitmen penuh, industri lokal bisa bangkit.

Langkah Maju: Jadilah Negara Produsen
Bagaimana caranya? Berikut beberapa langkah konkret yang bisa diambil:
1. Investasi dalam Riset dan Teknologi: Jangan pelit untuk mendanai inovasi. Ajak universitas dan startup teknologi bekerja sama untuk menciptakan baterai dan mobil listrik lokal.

2. Bangun Infrastruktur: Mobil listrik butuh stasiun pengisian daya. Mulailah bangun di kota-kota besar, perlahan merambah ke daerah.

3. Kebijakan Berani: Berhenti hanya mengekspor bahan mentah. Terapkan kewajiban hilirisasi sehingga nikel diolah jadi baterai di dalam negeri.

4. Kolaborasi Strategis: Cari mitra global, tapi dengan syarat transfer teknologi. Jangan hanya jadi tempat perakitan.

5. Latih SDM: Pendidikan dan pelatihan vokasi harus jadi prioritas agar tenaga kerja kita siap bersaing di industri kendaraan listrik.

Kalau Mau, Pasti Bisa
Indonesia punya semua potensi untuk menjadi raksasa dalam industri kendaraan listrik. Tapi selama kita terus sibuk mencari alasan, mimpi itu tidak akan pernah terwujud. Para pemimpin bangsa ini harus berhenti berpikir pragmatis dan mulai membuat kebijakan yang visioner. Jangan puas hanya menjadi negara pasar. Saatnya kita jadi produsen. Ingat, kalau mau, pasti mampu. Pertanyaannya sekarang: mau atau tidak?

Jakarta, 20 November 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

Read Entire Article
RIGHT SIDEBAR BOTTOM AD
8000hoki Alternatif Slot Gacor
Tekno | Hukum | | |